Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN/20/2003)
Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal
tersebut menunjukkan bahwa pendidikan menjadi sangat penting bagi seseorang.
Dengan pendidikan, kehidupan seseorang dapat berkembang. Bekal untuk menjalani
hidup adalah pendidikan yang mampu menuntun seseorang ke arah yang baik dan
benar.
Pendidikan
juga akan mempengaruhi segala hal dalam kehidupan. Dalam sebuah sistem,
pendidikan berhubungan dengan sistem-sistem lain. Pendidikan tidak dapat
berdiri sendiri tanpa komponen lain. Begitu pula dengan komponen-komponen
kehidupan lainnya yang tidak dapat terlepas secara bebas dari pendidikan.
Misalnya, pendidikan tidak akan dapat terlepas dari dunia ekonomi, kebudayaan,
dan politik. Demikian pula dengan ekonomi, kebudayaan, dan politik yang tidak
bisa terlepas dari pendidikan. Komponen-komponen tersebut memiliki keterkaitan
yang saling membangun satu sama lain. Komponen-komponen tersebut menyatu dalam
sebuah sistem kehidupan dan melekat pada manusia.
Komponen-komponen
yang menyatu ke dalam sebuah sistem tersebut kemudian saling mempengaruhi.
Pendidikan dapat mempengaruhi keadaan perekonomian dan politik di Indonesia.
Pendidikan juga terpengaruh dengan kebudayaan-kebudayaan Indonesia. Terbukti
ketika semakin banyak semangat pengajar dalam mengangkat kearifan lokal sebagai
nuansa atau basis pembelajaran. Pendidikan multikultural juga senantiasa
digerakkan sebagai wujud menjaga keberadaan budaya yang begitu beragam di
Indonesia. Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa pendidikan tidak akan
terlepas dari komponen-komponen lain dalam kehidupan.
Pendidikan
juga memiliki peran penting sebagai pengawal sekaligus pengangkat budaya lokal
suatu daerah. Budaya lokal berarti kebudayaan yang secara khas dimiliki oleh
suatu daerah dan tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain. Contohnya adalah Batik
di Pekalongan, Tifa di Papua, Songket di Palembang, Ukir di Jepara, dan masih
banyak lagi. Keberadaan budaya-budaya tersebut menjadi ciri khas sebuah daerah.
Budaya tersebut akan senantiasa terjaga jika dilestarikan. Sebaliknya,
kebudayaan tersebut akan punah jika tidak dikonservasi dengan baik. Pendidikan
berada pada posisi yang strategis dalam menjaga kebudayaan tersebut. Sebab,
melalui pendidikan internalisasi kebudayaan-kebudayaan lokal pada generasi muda
dapat berjalan dengan baik.
Setiap
daerah memiliki kekhasan budaya sebagai potensi lokal. Potensi itu kemudian
dapat mengangkat nama daerah. Selain itu, potensi lokal daerah dapat menjadi
daya tarik wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah. Dengan memiliki potensi
yang khas pada daerah, potensi pariwisata daerah tersebut juga akan terangkat.
Seperti yang terjadi di Jepara. Dengan budaya ukirnya, Jepara tidak asing lagi
di telinga masyarakat. Bahkan turis mancanegara sudah banyak yang tahu tentang
Kota Ukir tersebut.
Jepara
tentu memiliki beberapa potensi lokal yang menjadi ciri khas bagi kabupaten
tersebut. Selain potensi lautnya yang melimpah, Jepara juga memiliki pesona
pariwisata yang memikat wisatawan. Sebab, garis pantai kabupaten Jepara sangat
panjang dan memiliki keindahan. Pariwisata bahari menjadi bagian penting dalam
potensi daerah Jepara. Karimun Jawa, Pantai Bandengan, Pantai Kartini, Benteng
Portugis, dan lainnya, sudah tidak asing di telinga wisatawan baik lokal maupun
mancanegara.
Tidak
hanya di potensi pariwisata, Jepara juga memiliki pesona lain. Pesona itu juga
muncul dari Sentra Tenun Troso. Kain tenun Troso sudah banyak dikenali
masyarakat. Kain yang unik dan murah ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang
berlibur ke Jepara. Selain membeli kain tersebut sebagai oleh-oleh, wisatawan
juga dapat melihat secara langsung pertunjukan pembuatan kain tenun Troso di
lokasi pembuatannya. Dengan menyaksikan pertunjukan pembuatan kain tenun,
wisatawan tahu proses pembuatan kain tenun tersebut dari proses pertama sampai
dengan terciptanya kain yang utuh dan cantik.
Selain
potensi pariwisata dan tenun Troso, yang paling kondang adalah budaya ukir
Jepara. Ukir tidak akan lepas dari kabupaten kecil tersebut. Selain sudah
menjadi top of mind setiap orang
bahwa Jepara adalah Kota Ukir, meubel sudah menjadi industri utama kabupaten
tersebut. Mayoritas mata pencaharian penduduk Jepara adalah membuat produk
meubel dan ukiran. Ukiran sudah mendarah-daging bagi masyarakat Jepara. Inilah
yang kemudian menjadi potensi lokal terbesar kabupaten Jepara. Dengan memiliki
potensi yang unik dan prospektif ini, pemerintah perlu mengonservasi dan
senantiasa mengembangkannya menuju arah yang lebih baik. Untuk
mengembangkannya, tentu salah satu cara dapat ditempuh melalui sektor
pendidikan. Ada beberapa hal yang telah muncul dalam pendidikan untuk
mengangkat potensi lokal daerah Jepara. Berikut beberapa hal yang telah menjadi
napas penggugah potensi lokal Jepara.
Sebagai Muatan
atau Basis Pembelajaran di Kelas
Potensi
lokal Jepara kini menjadi muatan atau basis pendidikan di kelas. Artinya,
topik-topik pembelajaran di kelas selalu dikaitkan dengan potensi lokal yang
ada di Jepara. Terutama mata pelajaran yang memiliki korelasi dengan potensi
lokal Jepara. Misalnya, mata pelajaran seni budaya di sekolah menengah atas
selalu mengaitkan topik-topik pembelajarannya dengan kebudayaan yang ada di
Jepara seperti ukiran dan tenun Troso. Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki
kelas produktif Busana Butik juga senantiasa mengembangkan pembelajarannya
berbasis potensi lokal Jepara. Contohnya ketika mereka mendesain sebuah
pakaian, bahan dasar yang digunakan adalah tenun Troso.
Tidak
hanya mata pelajaran seni budaya yang mencoba mengaitkan konsep pembelajarannya
dengan potensi lokal Jepara, mata pelajaran lain pun demikian. Mata pelajaran
bahasa Indonesia juga dapat menggabungkan materinya dengan muatan potensi lokal
Jepara. Terlebih Kurikulum 2013 dikembangkan dengan pembelajaran berbasis teks.
Kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan oleh guru dalam menginternalisasi
potensi lokal Jepara dalam pembelajaran. Teks yang dipelajari dapat
dikembangkan berdasarkan potensi yang ada di Jepara.
Discovery Learning, Mengamati dan
Merasa Memiliki
Pembelajaran
masa kini senantiasa menuntut peserta didik untuk mengamati, merasakan, dan
mengalami. Jadi, wawasan dan pengetahuan yang diterima oleh peserta didik tidak
berhenti pada bentuk konseptual di pikiran mereka saja. Tetapi mereka dapat
melakukan discovery untuk menemukan
referensi-referensi dari konsep yang mereka pelajari. Oleh sebab itu, study tour dan pembelajaran di luar
kelas yang mampu menunjang pengetahuan peserta didik menjadi sangat relevan
dengan corak pendidikan masa kini. Kaitannya dengan potensi daerah Jepara,
pendidikan usia dini di Jepara kini telah banyak yang menyadari pentingnya
mengenalkan potensi daerah pada anak-anak usia dini. Banyak PAUD maupun TK yang
mengajak peserta didiknya untuk berkunjung ke pengrajin tenun Troso, sentra
ukiran Jepara, dan potensi lainnya seperti perikanan serta pariwisata. Dengan
mengajak peserta didik ke tempat-tempat potensial yang dimiliki oleh Jepara
tersebut, peserta didik akan merasa memiliki dan senantiasa berhasrat untuk
menjaga serta melestarikannya.
Tantangan dalam
Mengembangkan Pendidikan Berbasis Potensi Jepara
Sebagian
masyarakat telah sadar akan beruntungnya memiliki potensi yang begitu besar di
Jepara. Meskipun tidak sedikit pula yang enggan menyadari keberuntungan
tersebut. Termasuk Pemerintah Kabupaten Jepara yang tidak secara aktif mengawal
dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh kabupaten Jepara tersebut.
Di satu sisi, guru-guru sebagai penghela napas pendidikan mencoba dan berjuang
mengangkat potensi lokal yang ada di Jepara. Namun di sisi lain, Pemerintah
Kabupaten Jepara juga tidak mengembangkan potensi tersebut secara nyata.
Seharusnya sektor pendidikan menjadi amat strategis jika digunakan untuk
mengonservasi potensi lokal Jepara. Akan tetapi, kesadaran mengembangkan hal
tersebut belum sepenuhnya tampak dari Pemerintah Kabupaten Jepara.
Selain
itu, sekolah tinggi yang terkait dengan potensi lokal Jepara juga sangat minim.
Hanya ada satu sekolah tinggi desain di Jepara. Padahal, untuk mengembangkan
potensi daerah, terutama budaya perlu sekolah-sekolah tinggi yang mencetak para
sarjana di bidangnya. Demikian pula dengan potensi pariwisata dan perikanan,
tidak ada sekolah tinggi di Jepara yang bergerak di bidang itu. Hal ini menjadi
tantangan secara langsung bagi Pemerintah Kabupaten Jepara, khususnya Dinas
Pendidikan. Meskipun, semua masyarakat juga memiliki tanggung jawab moral yang
sama-sama besar dalam upaya melestarikan potensi lokal Jepara melalui sektor
apapun, khususnya pendidikan.
*) Penulis
adalah mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia Kelas Khusus B Pascasarjana
Unnes.
DAFTAR
PUSTAKA
Wibowo. 2014. Membangun Ketahanan Sistem Pendidikan Berbasis Potensi Lokal di Daerah
Otonom. Semarang. Makalah.
No comments:
Post a Comment