Friday, March 18, 2011


INILAH KAMI .... KUPAT ... KELUARGA ROMBEL EMPAT :p

Sungai Asri Yang Termakan Industri

Beberapa puluh tahun yang lalu desa Kerso kecamatan Kedung kabupaten Jepara memiliki sebuah sungai yang bersih dan indah sebagai tempat warga mengambil air atau sekadar tempat bermain (berenang) anak-anak kecil di siang hari sepulang sekolah. Sungai tersebut mengalir membelah desa yang dapat dikatakan asri kala itu. Muara sungai itu sampai di pantai pesisir Jepara.
Akan tetapi sungai yang mencerminkan keindahan desa kecil di pesisir Jepara itu kini tinggallah sebuah nama dan kenangan para orang tua saja. Kini sungai itu tak mau mengalirkan air yang gemericik kala kemarau datang. Ketika musim hujan melanda, sungai yang dulu membawa duyungan air jernih kini menjadi timbunan air bercampur aduk dengan sampah plastik dan bekas asahan kayu dari industri meubel. Sungguh jauh dari kata asri dan indah.
Semenjak industri meubel merambah dan semakin banyak di desa Kerso kesadaran menjaga lingkungan oleh para penduduk semakin menipis. Penduduk sudah tidak lagi menghiraukan kegiatan seperti kerja bakti kampung setiap jumat pagi karena sudah terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Industri meubel memang sangat ramai dan menjanjikan di kota yang mendapat sebutan kota ukir itu. Tidak aneh jika mayoritas penduduk kabupaten Jepara bekerja sebagai tukang kayu dan industri meubel menjadi industri terbesar di kabupaten kecil tersebut.
Semakin ramainya dunia permeubelan sehingga hampir seluruh penduduk desa Kerso berkecimpung dalam industri tersebut. Dampak positif dari majunya industri meubel ini membuat perekonomian penduduk desa meningkat. Bahkan dalam desa tersebut bisa dikatakan pengangguran mencapai 0,0 %. Namun dampak positif ini juga diiringi dengan dampak negatif yang berpengaruh terhadap lingkungan. Limbah industri meubel yang berupa asahan kayu serta serpihan-serpihan bekas ukiran sering dibuang begitu saja ke selokan dan bahkan dibuang ke sungai yang sebenarnya berperan sebagai pengalir air. Akibatnya limbah tersebut menyumbat aliran air dan menggenang bersama air sungai. Air sungai kemudian semakin kumuh dan ketika hujan tiba, air yang berbaur dengan limbah meubel tersebut semakin menyumbat air yang datang dari selokan dan berakibat air menggenang semakin tinggi. Sampah tersebut belum ditambah sampah-sampah rumah tangga seperti sampah plastik dan sejenisnya.
Sungai yang dulu asri dan sejuk kini tak lagi dapat menghasilkan air yang jernih. Kini sungai tersebut tak lagi menggenangkan air yang bersih tetapi sampah dari limbah meubel dan sampah rumah tangga yang mengisi sungai itu. Ironisnya sungai tersebut sekarang tak bisa lagi menghasilkan air, dalam istilah penduduk sekitar sering disebut asat (sumber air telah mati).
Dalam hal ini, seharusnya kesadaran cinta lingkungan harus ditumbuhkan kembali terhadap penduduk sekitar. Karena sesungguhnya dampak negatif tidak hanya sampai di sini saja. Hal yang paling dikhawatirkan adalah terjadinya banjir ketika musim penghujan datang yang diakibatkan oleh genangan limbah meubel dan sampah rumah tangga yang semakin membukit. Tak berhenti di situ, wabah penyakit juga sangat rawan terjadi pada daerah seperti itu karena lingkungan yang kurang bersih.
Selain menumbuhkan kesadaran terhadap penduduk, sangat perlu adanya ketegasan dari pemerintah desa untuk menggerakkan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Pemerintah desa seyogyanya menghimbau, mengarahkan serta menggerakkan penduduk untuk menjaga kebersihan lingkungan agar tetap asri dengan pelbagai program. Program tersebut bisa berupa kerja bakti seminggu sekali, membersihkan dan mengatur ulang sungai yang sekarang menjadi lumbung sampah bersama-sama penduduk desa, denda terhadap penduduk yang membuang sampah ke dalam sungai maupun selokan, atau dengan hal-hal lain yang mampu memberikan kemajuan terhadap keasrian lingkungan.
Dari penduduk sendiri, seharusnya bisa menyiasati pembuangan limbah meubel serta sampah rumah tangga agar tidak dibuang ke dalam sungai dengan cara membuat sebuah tempat atau lubang kecil di pekarangan belakang rumah. Lalu membakar limbah meubel dan sampah tersebut di dalamnya. Sehingga selokan dan sungai desa senantiasa terjaga kebersihannya.
Kemajuan industri memang sangatlah perlu guna meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengentaskan kemiskinan serta mengurangi pengangguran. Namun hal itu harus senantiasa diselaraskan dengan penjagaan lingkungan yang baik. Agar kemajuan dari sebuah sisi tidak berpengaruh buruk terhadap sisi lain. Sehingga kehidupan menjadi seimbang. Bukankah sesuatu yang paling indah itu adalah sesuatu yang pas?.

Semarang, 14 Maret 2011.

Oleh Eko Widianto
Penulis adalah mahasiswa jurusan Bahasa dan sastra Indonesia FBS UNNES.