Wednesday, July 20, 2011

Sajak Orang Lapar (Ws Rendra)


kelaparan Adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

o Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan Adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan Adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin

kelaparan Adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata Air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan

seorang pemuda yang gagah Akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan Adalah iblis
kelaparan Adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

o Allah !
kelaparan Adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin

o Allah !
kami berlutut
mata kami Adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca

o Allah !
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam

o Allah !
kelaparan Adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu

1 comment:

  1. Orang-orang sedang menanak batu, karena tak ada lagi yang bisa ditanak selain batu.
    Entah sampai kapan batu-batu menjadi lunak, karena batu tidaklah bisa ditanak.

    Orang-orang menanak batu untuk memberi makan anak, karena hanya batu yang masih tampak.
    Tanah kering tanpa air begitu juga mata sudah kering dari air mata.

    Menangis tidak bisa menahan lapar, hanya kematian yang bisa menghentikan kelaparan.
    Batu yang ditanak tidak juga masak, ditanak pun hanya untuk menyenangkan hati anak.

    Sang Raja Pundi-pundinya terus beranak pinak, tidak bijak karena sudah menjadi tamak.
    Yang ingin merapat ke istana raja seperti tidak lagi berpijak, pada tanah yang sudah kering dihisap manusia rakus juga tamak.

    Para calon menteri berusaha turut mengisi pundi-pundi sang Raja, dari hasil korupsi dan memeras pajak rakyatnya.
    Sang Raja tersenyum bangga karena sudah jadi raja diraja, tak perduli rakyatnya menjadi sengsara dan jelata.

    ReplyDelete